Prospek Bisnis di Kala Pandemi Covid-19
Awal tahun 2020 dunia tak terkecuali Indonesia digemparkan oleh suatu penyakit dengan virus pembawanya bernama Covid-19 (Corona Virus Disease). Virus ini berkembang sangat cepat dengan penularannya melalu droplet (percikan air dari tubuh) seorang penderitanya. Akibatnya dalam sekejap hanya hitungan sebulan virus ini menyebar ke seluruh dunia, juga Indonesia. Selain itu yang membuat khawatir dari virus ini juga dapat merusak organ tubuh terutama paru-paru penderitanya, orang tua dan orang yang punya penyakit bawaan rentan dengan virus ini, sebab virus ini sebenarnya mematikan.
Saat ini Covid-19 tidak dapat diabaikan lagi,
semakin hari semakin tinggi statistik pasien terkonfirmasi Covid. Seperti
pertanggal 10 Juni 2020 di Indonesia telah mencapai 33.076 pasien dengan
positif Covid-19. Akibat virus ini juga berdampak pada dunia pendidikan,
sosial, budaya, politik, ekonomi, bahkan ibadah. Berbagai negara menerapkan lockdown
dalam menimimalisir penyebaran Covid-19 seperti China, Italia, Spanyol, dll. Di
Indonesia sendiri tidak menerapkan lockdown namun, Indonesia menerapkan
sistem PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Sebab pemerintah masih khawatir
lockdown akan berdampak sangat buruk bagi Indonesia, terutama bidang
perekonomian dan perindustrian.
PSBB memberikan dampak bagi masyarakat seperti
yang bersekolah untuk tetap di rumah, yang bekerja juga harus memindahkan
pekerjaannya ke rumah (work from home). Itu dilakukan agar tetap jaga
jarak fisik (physical distancing). Hal ini mudah saja jika ia seorang PNS
dan pekerja kantoran, mereka juga akan tetap mendapatkan bayaran dari
perkerjaannya. Sayangnya, tidak semua perusahaan mampu bertahan, banyak juga perusahaan yang mengalami kebangkrutan (bankruptcy)
dan pemecatan pegawai demi mempertahankan perusahaannya. Dikutip dalam Buletin
Hukum & Keadilan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga
Hartarto menyampaikan, tak hanya industri yang terganggu, pandemi COVID-19 juga
akan menambah pengangguran. Ia memprediksi, dalam skenario berat potensi
pengangguran akan bertambah 2,92 juta orang dan bisa bertambah sangat besar
bisa mencapai 5,23 juta.
Selain itu juga akan banyak investor asing
yang menjual sahamnya, maka indek harga saham gabungan (IHSG) menjadi turun
drastis. Hal ini akan menyebabkan
Indonesia panic dalam pasar keuangan global (Yunus &
Rezki, 2020).
Prospek Bisnis dalam Hiruk Pikuk Pandemi
Covid-19 di Tengah Era Revolusi Industri 4.0
Walaupun pandemi sedang menguasai dunia, tetap
sebagai manusia harus bertahan hidup bagaimana caranya. Banyak masyarakat yang
diPHK hingga para pedagang yang gulung tikar. Covid juga tidak hanya memberikan
dampak negatif saja bagi masyarakat, juga dampak positif yaitu keuntungan untuk
perusahaan kebersihan, maupun perusahaan kesehatan.
Pertama, perusahaan sabun cuci tangan, hand
sanitizer, tissue basah, disenfektan. Barang-barang itulah yang krusial di
masa pandemi ini, sebab kita dituntut untuk hidup sehat dan bersih. Ditambah
lagi saat ini kita telah memasuki normal baru (new normal), mau tidak
mau harus tetap bertemu dengan banyak orang. Menurut CEO & CO SIRCLO,
penjualanan pada bulan Maret pada hand sanitizer meningkat 585%, tissue basah 587%, dan sabun
cuci tangan 355%, vitamin 242% (Rohmah, 2020).
Kedua, perusahaan farmasi dan masker. Masa new
normal yang akan kita jalani, masker menjadi barang yang krusial. Nilai
saham vaksin pada Inovio meningkat hingga 42%. Penjualanan masker dengan merk
Unicharm mengalami peningkatan hingga 10x lipat atau 1000%, masker Kowa meningkat
90%, masker Sensi pun sama hingga 1000% (Rohmah, 2020).
Ketiga, perusahaan ventilator, Mindray Bio-Medical
Electroics Co dengan peningkatan saham sebanyak 41% (Rohmah, 2020).
Bagi masyarakat yang terkena dampak negatifnya
dalam sektor ekonomi, harus tetap survive. Oleh sebab itu masyarakat
harus memiliki strategi bisnis agar tetap dapat bertahan dalam situasi pandemi
ini. Jalan keluar yang mungkin bisa ditempuh:
1. Membuka usaha makanan atau minuman rumahan. Makan dan minum adalah
kebutuhan primer manusia, jadi pasti sangat dibutuhkan semua orang. Agar tetap physical
distancing dan tidak berkerumunan guna memanfaatkan Era 4.0, makanan dan
minuman tersebut bisa dimasukan kedaftar aplikasi ojol untuk makanan seperti G*
Food dan Gr*b Food, atau bisa juga langsung antar jemput.
2. Jika kurang memiliki keahlian memasak, tetap jangan khawatir. Anda bisa
mencari pemasok (supplier) makanan beku (frozen food) seperti
sosis, nugget, dimsum, dll. Makanan ini jauh lebih bisa bertahan sehingga dapat
didistribusikan keluar daerah dengan ekspedisi. Mengiklankannya pun bisa
melalui market place seperti Sh*ope, Tok*pedia, Lazad*, maupun fitur
makanan di aplikasi ojek online (Rohmah, 2020).
3. Sebagaimana kita tahu sempat melonjaknya harga masker dan hand sanitizer
di pasaran serta kelangkaan kedua benda tersebut. Harga masker bisa naik hingga
14 kali lipat dari biasanya, padahal masker dan hand sanitizer memiliki
barang substitusi dan dapat ditiru oleh banyak orang. Misalnya masker, Anda
dapat membuatnya sendiri yang kemudian didistribusikan di online market
place, masker pun tidak memerlukan modal yang banyak.
4. Jika memiliki keahlian dalam menjahit, bisa membuka usaha APD hazmat dengan
harga yang sewajarnya sekaligus membantu para tenaga medis juga yang sedang
berjuang.
5. Bagi yang masih memiliki stok barang tekstil pakaian, celana, dll di toko offline
dapat memasarkannya di online shop.
Lambat laun masyarakat mulai merubah pola
belanjanya, dari yang senang berbelanja offline kini menjadi online.
Apalagi di era revolusi industri 4.0 yang semakin mempermudah masyarakat dalam
bertransksi. Masyarakat kini dimanjakan dengan berbagai metode pembayaran yang
menggiurkan dengan berbagai promo yang ditawarkan.
Metode pembayaran yang sedang digandrungi
ialah seperti dompet elektronik (e-wallet) seperti DAN*, OV* ; kredit
virtual (virtual credit) seperti AkuL*ku ; pembayaran di ponsel (M-banking/
Mobile Payment) ; dan lain sebagainya (Siti Nur
Fatoni, Cucu Susilawati, Lina Yulianti, 2020).
Di sisi lain juga ada para pedagang asongan
yang tetap harus bertahan. Mereka harus melihat peluang yang ada disekitarnya
serta mematuhi aturan-aturan baru di masa pandemi ini. Para pedagang asongan
perlu memperhatikan transportasi yang
digunakan dan juga tetap waspada untuk tetap physical distancing.
Memperhatikan juga apa yang dibutuhkan konsumen (Ni Wayan Ari
Sudiartini, Ni Luh Kardini, 2020).
Masa pandemi Covid-19 ini, masa yang sulit
bagi perekonomian Indonesia maupun dunia. Tetap sebagai manusia harus optimis
untuk bertahan hidup, tidak mudah menyerah, tetap percaya diri, dan selalu
berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa, yakin pandemi ini akan segera berakhir.
Daftar Pustaka
Ni Wayan Ari Sudiartini, Ni
Luh Kardini, P. A. M. & N. L. P. S. (2020). Strategi Bisnis Pedagang Kaki
Lima Pada Masa Social Distancing Di Kota Denpasar. E-Journal Binawakya, 14(11),
3389–3394. https://doi.org/doi.org/10.33758/mbi.v14i10.562
Rohmah, S. N. (2020). Adakah
Peluang Bisnis di Tengah Kelesuan Perekonomian Akibat Pandemi Coronavirus
Covid-19 ? SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 4(1), 63–74.
https://doi.org/10.15408/adalah.v4i1.15448
Siti Nur Fatoni, Cucu
Susilawati, Lina Yulianti, I. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perilaku
Konsumen dalam Penggunaan E-Wallet di Indonesia. Digilib.Uinsgd.Ac.Id,
4. http://digilib.uinsgd.ac.id/30953/
Yunus, N. R., & Rezki, A.
(2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona
Virus Covid-19. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(3), 234.
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083
0 komentar:
Posting Komentar