Get me outta here!

Kamis, 13 Agustus 2020

Essay (Prospek Bisnis di Kala Pandemi Covid-19)

 Prospek Bisnis di Kala Pandemi Covid-19

Awal tahun 2020 dunia tak terkecuali Indonesia digemparkan oleh suatu penyakit dengan virus pembawanya bernama Covid-19 (Corona Virus Disease). Virus ini berkembang sangat cepat dengan penularannya melalu droplet (percikan air dari tubuh) seorang penderitanya. Akibatnya dalam sekejap hanya hitungan sebulan virus ini menyebar ke seluruh dunia, juga Indonesia. Selain itu yang membuat khawatir dari virus ini juga dapat merusak organ tubuh terutama paru-paru penderitanya, orang tua dan orang yang punya penyakit bawaan rentan dengan virus ini, sebab virus ini sebenarnya mematikan.

Saat ini Covid-19 tidak dapat diabaikan lagi, semakin hari semakin tinggi statistik pasien terkonfirmasi Covid. Seperti pertanggal 10 Juni 2020 di Indonesia telah mencapai 33.076 pasien dengan positif Covid-19. Akibat virus ini juga berdampak pada dunia pendidikan, sosial, budaya, politik, ekonomi, bahkan ibadah. Berbagai negara menerapkan lockdown dalam menimimalisir penyebaran Covid-19 seperti China, Italia, Spanyol, dll. Di Indonesia sendiri tidak menerapkan lockdown namun, Indonesia menerapkan sistem PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Sebab pemerintah masih khawatir lockdown akan berdampak sangat buruk bagi Indonesia, terutama bidang perekonomian dan perindustrian.

PSBB memberikan dampak bagi masyarakat seperti yang bersekolah untuk tetap di rumah, yang bekerja juga harus memindahkan pekerjaannya ke rumah (work from home). Itu dilakukan agar tetap jaga jarak fisik (physical distancing). Hal ini mudah saja jika ia seorang PNS dan pekerja kantoran, mereka juga akan tetap mendapatkan bayaran dari perkerjaannya. Sayangnya, tidak semua perusahaan mampu bertahan, banyak  juga perusahaan yang mengalami kebangkrutan (bankruptcy) dan pemecatan pegawai demi mempertahankan perusahaannya. Dikutip dalam Buletin Hukum & Keadilan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, tak hanya industri yang terganggu, pandemi COVID-19 juga akan menambah pengangguran. Ia memprediksi, dalam skenario berat potensi pengangguran akan bertambah 2,92 juta orang dan bisa bertambah sangat besar bisa mencapai 5,23 juta.

Selain itu juga akan banyak investor asing yang menjual sahamnya, maka indek harga saham gabungan (IHSG) menjadi turun drastis.  Hal ini akan menyebabkan Indonesia panic dalam pasar keuangan global (Yunus & Rezki, 2020).

Prospek Bisnis dalam Hiruk Pikuk Pandemi Covid-19 di Tengah Era Revolusi Industri 4.0

Walaupun pandemi sedang menguasai dunia, tetap sebagai manusia harus bertahan hidup bagaimana caranya. Banyak masyarakat yang diPHK hingga para pedagang yang gulung tikar. Covid juga tidak hanya memberikan dampak negatif saja bagi masyarakat, juga dampak positif yaitu keuntungan untuk perusahaan kebersihan, maupun perusahaan kesehatan.

Pertama, perusahaan sabun cuci tangan, hand sanitizer, tissue basah, disenfektan. Barang-barang itulah yang krusial di masa pandemi ini, sebab kita dituntut untuk hidup sehat dan bersih. Ditambah lagi saat ini kita telah memasuki normal baru (new normal), mau tidak mau harus tetap bertemu dengan banyak orang. Menurut CEO & CO SIRCLO, penjualanan pada bulan Maret pada hand sanitizer  meningkat 585%, tissue basah 587%, dan sabun cuci tangan 355%, vitamin 242% (Rohmah, 2020).

Kedua, perusahaan farmasi dan masker. Masa new normal yang akan kita jalani, masker menjadi barang yang krusial. Nilai saham vaksin pada Inovio meningkat hingga 42%. Penjualanan masker dengan merk Unicharm mengalami peningkatan hingga 10x lipat atau 1000%, masker Kowa meningkat 90%, masker Sensi pun sama hingga 1000% (Rohmah, 2020).

Ketiga, perusahaan ventilator, Mindray Bio-Medical Electroics Co dengan peningkatan saham sebanyak 41% (Rohmah, 2020).

Bagi masyarakat yang terkena dampak negatifnya dalam sektor ekonomi, harus tetap survive. Oleh sebab itu masyarakat harus memiliki strategi bisnis agar tetap dapat bertahan dalam situasi pandemi ini. Jalan keluar yang mungkin bisa ditempuh:

1.      Membuka usaha makanan atau minuman rumahan. Makan dan minum adalah kebutuhan primer manusia, jadi pasti sangat dibutuhkan semua orang. Agar tetap physical distancing dan tidak berkerumunan guna memanfaatkan Era 4.0, makanan dan minuman tersebut bisa dimasukan kedaftar aplikasi ojol untuk makanan seperti G* Food dan Gr*b Food, atau bisa juga langsung antar jemput.

2.      Jika kurang memiliki keahlian memasak, tetap jangan khawatir. Anda bisa mencari pemasok (supplier) makanan beku (frozen food) seperti sosis, nugget, dimsum, dll. Makanan ini jauh lebih bisa bertahan sehingga dapat didistribusikan keluar daerah dengan ekspedisi. Mengiklankannya pun bisa melalui market place seperti Sh*ope, Tok*pedia, Lazad*, maupun fitur makanan di aplikasi ojek online (Rohmah, 2020).

3.      Sebagaimana kita tahu sempat melonjaknya harga masker dan hand sanitizer di pasaran serta kelangkaan kedua benda tersebut. Harga masker bisa naik hingga 14 kali lipat dari biasanya, padahal masker dan hand sanitizer memiliki barang substitusi dan dapat ditiru oleh banyak orang. Misalnya masker, Anda dapat membuatnya sendiri yang kemudian didistribusikan di online market place, masker pun tidak memerlukan modal yang banyak.

4.      Jika memiliki keahlian dalam menjahit, bisa membuka usaha APD hazmat dengan harga yang sewajarnya sekaligus membantu para tenaga medis juga yang sedang berjuang.

5.      Bagi yang masih memiliki stok barang tekstil pakaian, celana, dll di toko offline dapat memasarkannya di online shop.

Lambat laun masyarakat mulai merubah pola belanjanya, dari yang senang berbelanja offline kini menjadi online. Apalagi di era revolusi industri 4.0 yang semakin mempermudah masyarakat dalam bertransksi. Masyarakat kini dimanjakan dengan berbagai metode pembayaran yang menggiurkan dengan berbagai promo yang ditawarkan.

Metode pembayaran yang sedang digandrungi ialah seperti dompet elektronik (e-wallet) seperti DAN*, OV* ; kredit virtual (virtual credit) seperti AkuL*ku ; pembayaran di ponsel (M-banking/ Mobile Payment) ; dan lain sebagainya (Siti Nur Fatoni, Cucu Susilawati, Lina Yulianti, 2020).

Di sisi lain juga ada para pedagang asongan yang tetap harus bertahan. Mereka harus melihat peluang yang ada disekitarnya serta mematuhi aturan-aturan baru di masa pandemi ini. Para pedagang asongan perlu memperhatikan  transportasi yang digunakan dan juga tetap waspada untuk tetap physical distancing. Memperhatikan juga apa yang dibutuhkan konsumen (Ni Wayan Ari Sudiartini, Ni Luh Kardini, 2020).

Masa pandemi Covid-19 ini, masa yang sulit bagi perekonomian Indonesia maupun dunia. Tetap sebagai manusia harus optimis untuk bertahan hidup, tidak mudah menyerah, tetap percaya diri, dan selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa, yakin pandemi ini akan segera berakhir.


Daftar Pustaka

Ni Wayan Ari Sudiartini, Ni Luh Kardini, P. A. M. & N. L. P. S. (2020). Strategi Bisnis Pedagang Kaki Lima Pada Masa Social Distancing Di Kota Denpasar. E-Journal Binawakya, 14(11), 3389–3394. https://doi.org/doi.org/10.33758/mbi.v14i10.562

Rohmah, S. N. (2020). Adakah Peluang Bisnis di Tengah Kelesuan Perekonomian Akibat Pandemi Coronavirus Covid-19 ? SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 4(1), 63–74. https://doi.org/10.15408/adalah.v4i1.15448

Siti Nur Fatoni, Cucu Susilawati, Lina Yulianti, I. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perilaku Konsumen dalam Penggunaan E-Wallet di Indonesia. Digilib.Uinsgd.Ac.Id, 4. http://digilib.uinsgd.ac.id/30953/

Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(3), 234. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083

0 komentar:

Posting Komentar