Get me outta here!

Selasa, 26 Januari 2021

KARYA TULIS/ARTIKEL (Fenomena Bisnis Minuman Kopi Kekinian serta Perilaku Konsumen)

Fenomena Bisnis Minuman Kopi Kekinian serta Perilaku Konsumen

NIP (208), YRC (219), URS (246)

ABSTRAK

Dewasa ini dengan berkembangnya zaman dan teknologi manusia semakin berinovasi dalam mengembangkan usahanya. Dapat dilihat saat ini menjamurnya kedai-kedai kopi dengan konsep kekinian. Menikmati kopi sekarang bisa dilakukan sambil berswafoto dan membagikannya ke media sosial. Melakukan dan menentukan target pasar juga diperlukan. Memasarkan produk juga harus menarik perhatian untuk masyarakat. Respon mengenai gerai kopi kekinian berbeda-beda di setiap kalangan, terutama kalangan generasi milenial. Oleh sebab itu, melalui karya tulis ini akan dipaparkan mengenai fenomena kopi kekinian serta perilaku konsumen.

Kata Kunci: kafe, kopi, pemasaran, perilaku konsumen

PENDAHULUAN

Kopi termasuk tanaman lokal yang banyak dijumpai di Indonesia yang seringkali diolah menjadi berbagai hidangan mulai dari minuman hingga makanan. Bila ditinjau dari sosial budayanya, Indonesia sendiri sejak lama memiliki tradisi minum kopi seperti yang terkenal daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia ada di Aceh Gayo, Flores NTT, Kintamani Bali. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut demi melestarikan kopi-kopi lokal di Indonesia.

Seiring berkembangnya zaman maka teknologi pun semakin maju dan manusia pun menjadi modern. Hal tersebut tentunya juga memengaruhi perilaku dan gaya hidup manusia. Perkembangan teknologi berdampak kepada perkembangan dari kebutuhan manusia akan keberlangsungan hidupnya. Tingkat kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar, sehingga menyebabkan munculnya berbagai teknologi yang mampu menjawab kebutuhan tersebut. Saat ini perlu menyeimbangkan antara kegiatan ekonomi dengan teknologi.

Manusia sendiri dikenal sebagai makhluk yang dinamis. Selalu mengikuti perkembangan zaman dan tren masa kini. Elemen waktu, tempat dan ruang tidak lagi menjadi batasan dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi minum kopi di Indonesia pun masih punya tempat tersendiri dalam masyarakat urban ini.

Hal ini menarik untuk ditulis, sebab salah satu fenomena yang populer di Indonesia ialah keberadaan kios-kios kopi (coffee stalls) yang dikemas lebih modern. Fenomena tersebut semakin hari semakin menjamur di negara kita ini dan dapat kita temui di desa hingga kota. Semakin banyak diganderungi dari muda hingga tua, terutama para remaja yang gemar berkumpul. Selain itu, gerai kopi (coffee shop) juga digemari karena penampilan yang menarik  mata pengunjung dan harga yang masih ramah di kantong. Peluang inilah kemudian yang dimanfaatkan oleh coffee shop untuk mulai memasarkan kopi kepada generasi milenial.

Biasanya juga kedai kopi digunakan untuk berkumpul seperti rapat, waktu bersama keluarga, berdiskusi bersama teman hingga bercengkerama dengan orang tersayang. Fungsi tersebutlah yang rata-rata masyarakat lakukan, sebab coffee shop memiliki desain dengan suasana yang minimalis, elok dipandang serta teduh. Dengan hal ini kita pun jadi tahu apa saja perilaku masyarakat menanggapi fenomena kedai kopi kekinian.

KAJIAN TEORI

A. Kopi

Kopi merupakan jenis minuman yang sering dikonsumsi oleh manusia, selain itu kopi memiliki khasiat bagi tubuh. Kopi memiliki cita rasa yang khas sehingga sangat digemari oleh masyarakat. Peningkatan jumlah peminum kopi semakin tahunnya terus mengalami peningkatan dan kemudian menimbulkan kebiasaan yang baru. Budaya meminum kopi sudah ada sejak dulu (Kholik, 2018).

Menurut Wiliam H. Ukers dalam bukunya All About Coffee kata kopi mulai masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an yang diadaptasi dari bahasa Arab qahwa. Di Arab istilah qahwa tidak ditunjukkan untuk nama tanaman tetapi merujuk pada nama minuman. Ada catatan yang menyebutkan istilah tersebut merujuk pada salah satu jenis minuman dari anggur (wine) (Kholik, 2018).

Ada empat jenis kelompok kopi yang dikenal, yaitu, kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika dan kopi ekselsa. Kelompok kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Sementara itu, kelompok kopi liberika dan kopi ekselsa kurang ekonomis dan kurang komersial  (Rahardjo, 2017).

Maka dari itu, dapat diketahui bahwasannya kata “kopi” berasal dari bahasa Arab yang berarti qahwa. Namun, qahwa di sini berarti minuman yang berasal dari anggur (wine). Mengenai arti kopi sebenarnya memiliki berbagai macam arti dari sudut pandang yang berbeda, tetapi rata-rata para ahli mengambil definisi tersebut. Kopi merupakan tanaman yang menghasilkan biji, biasanya biji tersebut diolah dengan teknik tertentu. Sehingga akan menghasilkan cita rasa kopi yang khas, kopi identik juga dengan rasa yang kepahit-pahitan.

B. Kedai Kopi (Coffee Shop)

Kata kafe (dalam arti kedai kopi) berasal dari bahasa Perancis, café yang artinya juga kopi. Kafe yang semula selalu di pinggir jalan dan sederhana, sekarang masuk ke dalam gedung hotel berbintang atau mal dengan berbagai nama. Salah satunya adalah coffee shop yang sekarang praktis menjual makanan berat juga. Namun, juga melayani tamu yang memesan minuman dan  makanan kecil  (Herlyana, 2012).

Menurut Sahro, manajer marketing Coffee Bean and Tea Leaf, saat ini ada pergeseran, mereka yang biasa ngopi di hotel berbintang beralih ke coffee shop. Hal ini dimungkinkan karena mereka ingin mencari suasana baru yang tidak didapatkan di hotel. Di coffee shop lebih bebas, suasananya dibuat seperti di rumah sendiri (Kholik, 2018).

Unsur visual, aroma, suara, dan material tekstur yang sesuai dengan target market terus dikembangkan oleh pemilik usaha untuk mendalami pengalaman konsumen. Diharapkan dengan langkah tersebut maka pemilik usaha dapat menemukan cara baru untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan para konsumen dan mendorong merek mereka untuk dapat atau lebih mudah diingat (Aryani, 2019).

Kedai kopi (coffee shop) ialah tempat untuk menikmati hidangan kopi, biasanya juga terdapat camilan untuk menikmati hidangan kopi. Sebenarnya sejak lama kedai kopi ada, dahulu biasa disebut warung kopi (wakop), tersedia juga di hotel-hotel. Warkop hanya ada di pinggir jalan dengan harga yang ramah. Berbeda dengan warkop, kafe di hotel biasa dinikmati oleh para kaum menengah keatas bersama koleganya, yang mana tentu dengan harga yang relatif lebih mahal daripada warkop. Sekarang kedai kopi banyak dijumpai dengan desain yang menarik hingga dilengkapi WiFi.

C. Pemasaran

Marketing 4.0 mengedepankan pengembangan teknologi tidak hanya berhenti pada teknologi, tapi bagaimana teknologi mampu membantu merek dalam memanusiakan relasi dengan para pelanggannya. Marketing 4.0 yang mengusung konsep digital atau lebih mengedepankan teknologi tidak serta merta mematikan pemasaran tradisional, karena marketing 4.0 bergerak dari kenikmatan (enjoyment 1.0), pengalaman (experience 2.0), perjanjian (engagement 3.0) sampai kepada pemberdayaan (empowerment 4.0) dalam hubungannya dengan konsumen (Kertajaya, 2017: 73 dalam Alfirahmi, 2019).

Integrated Marketing Communication (IMC) merupakan proses komunikasi yang menggunakan perencanaan seperti iklan, promosi penjualan, publisitas perilisan, acara-acara, dan sebagainya yang disampaikan dari waktu ke waktu kepada pelanggan target dari merek dan calon pelanggan (Shimp, 2014 dalam  Ayuningtyas, 2018). Tujuan utama IMC adalah untuk memilih kombinasi dari unsur – unsur pemasaran yang paling efektif untuk menyalurkan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen (Melnikova, Naumenko dan Smakotina, 2016 dalam Ayuningtyas, 2018).

Komunikasi pemasaran terpadu adalah upaya untuk menghasilkan citra merek dari hasil pemasaran dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Setiap informasi yang keluar harus berdasarkan sumber yang sama sehingga informasi yang dipaparkan oleh perusahaan mempunyai kesamaan tema dan penentuan posisi (positioning)  (Ayuningtyas, 2018).

Dalam membangun usaha diperlukan adanya pemasaran produk apa yang kita jual. Memasarkan produk guna dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu juga meningkatkan kuantitas produk terjual.  Iklan dalam usaha yang kita punya menjadi hal yang krusial. Banyak cara agar menarik perhatian target seperti membuat iklannya menjadi menarik dan melakukan promo diskon dalam suatu produk. Itu semua perlu strategi pemasaran yang benar. Mengkuti perkembangan zaman yang mana telah berkiblat ke arah revolusi industri 4.0. Perlu menyeimbangkan antara iklan yang komunikatif dengan teknologi yang berkembang saat ini.

D. Perilaku Konsumen

Kegiatan yang melibatkan konsumen berhubungan dengan perilaku, dimana sebelum memutuskan sebuah perilaku membeli atau tidak, sebelumnya ada proses yang dilalui. Sehingga yang menjadi perhatian utama dari pemasar adalah meningkatkan pelayanan yang pada akhirnya berdampak kepada perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan langsung dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk berupa barang atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan (Herlyana, 2012 dalam Alfirahmi, 2019).

Perilaku konsumen selalu berhubungan dengan kebutuhan. Proses awal adalah konsumen akan mengenal kebutuhan yang diharapkan, dimana umumnya sikap ini muncul dari stimulus tentang memikirkan sesuatu baru kemudian diikuti dengan proses pencarian informasi. Ketika dihubungkan dengan proses pencarian informasi, konsumen mencari segala informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber seperti iklan, media sosial, atau pendapat dari orang terdekat (Alfirahmi, 2019).

Ketika informasi sudah diperoleh, konsumen akan melakukan evaluasi sederhana untuk memastikan perilaku yang akan diambil, atau mencari alternatif yang sekiranya dianggap baik. Pada tahap ini konsumen akan menentukan perilaku, berupa keputusan pembelian. Berdasarkan tahapan terakhir dari Kotler, maka tahapan terakhir berupa evaluasi baru akan diperoleh ketika konsumen sudah melakukan pembelian (Alfirahmi, 2019).

Berdasarkan kepada faktor internal, ada beberapa faktor yang menentukan perilaku konsumen diantaranya uang, waktu, perhatian, motivasi dan pengetahuan konsumen akan produk. Pada umumnya ketika konsumen ditawarkan dengan harga produk yang rendah, konsumen akan cepat mengambil keputusan. Sebaliknya, produk yang dijual dengan harga tinggi membutuhkan pertimbangan matang untuk memutuskan perilaku  (Duncan, 2005 dalam Alfirahmi, 2019).

Gaya hidup sebagian anak muda cenderung berorientasi pada nilai kebendaan dan prestise, yang terlihat melalui fenomena coffee shop sebagai gaya hidup hedonis kaum muda. Melalui pemahaman teori perkembangan dan “akhlak islam ini” menunjukkan bahwa: karakteristik remaja yang cenderung berlaku impulsif, senang menjadi pusat perhatian, cenderung ikut-ikutan, dan peka terhadap inovasi-inovasi baru menjadi pendukung kecenderungan gaya hidup hedonis (Herlyana, 2012 dalam Alfirahmi, 2019).

Dengan demikian, perilaku termasuk tindakan manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Manusia memiliki kehendak masing-masing dan tak seorang pun berhak melarang tindakan manusia apabila tidak melanggar norma, aturan, dan merugikan. Manusia juga berperilaku sesuai dengan perkembangan zaman, mengikuti arus zaman yang dilewati.

METODE PENELITIAN

Studi ini menggunakan metode penelitian studi pustaka. Mengamati dari hasil-hasil penelitian yang ada dan dijabarkan menurut sumber dan referensi. Sumber-sumber yang diambil berasal dari jurnal penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan pertanian seperti sawah, kebun teh, kebun kopi, kebun karet, kebun apel dan berbagai macam rempah-rempah bisa memaksimalkan produksinya untuk dikonsumsi masyarakat luas. Salah satunya kopi, Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di dunia. Indonesia memiliki berbagai macam varian kopi dari berbagai daerah seperti Aceh, Nusa Tenggara Timur, Bali dan sebagainya. Kopi biasa digunakan dalam makanan dan minuman, sejak dahulu juga Indonesia telah memiliki budaya minum kopi. Biasanya kopi diseduh dengan air panas sebelum dinikmati.

Dahulu biasanya kopi hanya disantap oleh para orang tua di waktu pagi dan sore hari. Namun, saat ini kopi digemari juga oleh para kaum muda. Kopi tersedia di warkop-warkop (warung kopi) pinggir jalan dengan bentuk bangunan yang sederhana. Walaupun sederhana tetapi tempat tersebut selalu diminati oleh setiap kalangan baik remaja hingga orang tua. Bahkan mereka bisa menghabiskan berjam-jam hingga larut malam dengan menikmati segelas kopi sambil bersenda gurau.

Sejak kehadiran kedai kopi premium dengan nama Starbucks pada tahun 2002, maka mulai berjamurnya kedai kopi (coffee shop) di beberapa wilayah Indonesia, akan tetapi belum ramai. Namun, fenomena munculnya kedai kopi dimulai tahun 2014 bahkan dikemas dalam bentuk usaha franchise (waralaba) (Aryani, 2019). Ada juga konsep kios kopi (coffee stalls) yang didesain kekinian dan minimalis. Sekarang telah bermuncul berbagai merek (brand) kios kopi seperti Kopi Dari Hati, Janji Jiwa, Kopi Kenangan, Fore. Rata-rata kedai kopi tersebut memiliki desain yang minimalis, kekinian, dan instagramable (bagus dan menarik jika diposting ke instagram).

Seiring perkembangan zaman yang mana teknologi semakin maju tak lepas juga dengan perkembangan bisnis yang semakin beragam. Manusia berlomba-lomba menciptakan kreasi agar tetap bisa bertahan hidup ditengah persaingan ekonomi kini. Revolusi industri semakin berkembang mulai dari revolusi industri 1.0 yang mana pemasar tidak peduli dengan situasi yang dihadapi konsumen, karena tindakan yang dilakukan adalah meyakinkan konsumen akan produk tanpa melihat kepada kondisi dari konsumen. Selanjutnya marketing pada revolusi industri 2.0 lebih menekankan kepada customer-centric, yaitu konsumen adalah pusat dari segala kegiatan pemasaran. Pemasar atau perusahaan berbondong-bondong melakukan penelitian untuk melihat keinginan dan kebutuhan konsumen, yang kemudian dijadikan sebagai rancangan dari produk yang akan dipasarkan. Kemudian, marketing pada revolusi industri 3.0 tentang menawarkan pemahaman bahwa pemasar ditantang untuk melahirkan sebuah produk yang pas dengan semangat kemanusiaan. Saat ini kita telah memasuki revolusi industri 4.0 dimana marketingnya menggunakan  pendekatan pemasaran yang mengkombinasikan interaksi daring  (online) dan interaksi luring (offline)  antara pemasar dan konsumen. Pemasar diminta untuk tidak hanya mengedepankan branding, tetapi juga harus memperhatikan sisi kemanusiaan dari konsumen dengan menyuguhkan konten yang relevan dengan pelanggan dan kemasan yang  up-to-date dan bagus. Marketing 4.0 juga mengedepankan teknologi.  (Kertajaya, 2017 dalam Alfirahmi, 2019)

Agar mendapat konsumen dalam suatu usaha perlu adanya pemasaran dengan melakukan promosi dan juga komunikasi yang baik dengan konsumen. Promosi dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dengan cara apa saja. Bisa dengan baliho, spanduk, brosur, banner, ataupun pengiklanan di televisi dan internet. Dunia yang serba modern ini sangat mengandalkan internet di dalamnya, tentu saja memudahkan kita dalam melakukan apapun, mulai dari belanja, memesan ojek, hingga dompet elektronik. Sesuai dengan revolusi industri 4.0 yang berkolaborasi dengan teknologi yang semua berada dalam genggaman, saat ini telah tersedia platform untuk memesan pangan yang kita inginkan. Aplikasi tersebut tentunya akan memudahkan para pemilik usaha kopi untuk mempromosikan usahanya, usaha tersebut seperti gofood dan grabfood. Bahkan ada merek minuman kopi kekinian yang telah memiliki aplikasi sendiri seperti Fore. Bisa juga dengan endorse (menyuruh orang yang terkenal untuk mempromosikan) kepada para artis maupun influencer (orang yang berpengaruh) dengan follower (pengikut) dengan jumlah banyak. Dengan begitu, akan sangat membantu memperkenalkan produk tersebut kepada masyarakat.

Usaha kopi kekinian juga baiknya memiliki media sosial sebagai tempat promosi produknya. Orang-orang bahkan banyak yang lebih aktif di media sosial. Untuk mengatur media sosial juga diperlukan admin. Admin juga harus interaktif dengan pengguna media sosial agar tidak terkesan kaku dan tentunya menyenangkan. Saat ini banyak ditemukan admin-admin yang aktif dan humoris di media sosial, terbukti dengan keinteraktifan dan cepat tanggap tersebut akan menarik minat konsumen sehingga mau mengikuti media sosial mereka.

Penetapan harga pada produk usaha kopi kekinian disesuaikan dengan target pasar mereka. Jika target pasar mereka anak sekolahan biasanya menetapkan tarif ramah. Namun, jika target kalangan menengah ke atas, berarti harus siap membangun usahanya di sekitar kawasan elite. Jika mereka membangun kafe mewah di kawasan padat penduduk menengah ke bawah, maka sudah dipastikan tidak akan dilirik oleh konsumen sekitar mereka. Bentuk kafe, produk yang digunakan, desain, hingga perlengkapan di dalamnya juga menjadi faktor untuk menentukan nilai jual produk kopi tersebut.

Selain itu, branding juga krusial dalam menjalankan usaha kopi. Maksud dari branding ialah memberikan identitas atau pengenalan dalam suatu produk agar produk tersebut selalu dikenal dan diingat oleh masyarakat. Branding bisa dilakukan dengan memberi nama yang mudah diingat dan unik, ada juga nama yang berfilosofi dan puitis seperti merek Kopi Lain Hati, Baper, Kenangan, dan lain-lain. Slogan yang singkat dan bermakna juga termasuk branding yang baik. Memberikan maskot atau logo juga perlu diperhatikan. Sayangnya, kini ada saja pengusaha yang menggunakan nama-nama “nyeleneh” untuk merek mereka dan terkesan tak senonoh seperti merek Ko&thol dan Ngo Cok. Hal tersebut dilakukan agar para target penasaran dengan produk mereka tanpa memperhatikan etika yang ada. Itu semua perlu dipertimbangkan sesuai target pasar masing-masing.

Melalui fenomena kedai kopi kekinian ini, ada banyak respon dari masyarakat. Respon itu timbul mulai dari remaja, dewasa, hingga orang tua. Menanggapi fenomena bisnis kopi kekinian dipastikan yang lebih antusias ialah para remaja dan dewasa. Tempat tinggal juga mempengaruhi antusias masyarakat dalam fenomena ini. Misalnya, warga kota atau pinggiran kota lebih antusias daripada warga desa, biasanya dikarenakan karena tidak tersedianya kedai kopi di wilayah tersebut.

Latah atau ikut-ikutan juga menjadi fokus perilaku konsumen. Seringkali terjadi pada kaum muda yang senang mengikuti tren masa kini. Ada anggapan dari kaum muda jika tidak mengikuti tren maka akan tertinggal zaman. Hal tersebut biasanya karena mereka kaum muda lebih mengutamakan prestise (gengsi) dalam gaya hidup mereka. Kaum muda juga biasanya berkunjung ke kedai kopi kekinian selain bercengkarama dengan kerabat mereka juga sebagai bahan unggahan mereka ke media sosial.

Berbeda dengan kaum muda, orang tua lebih biasa saja dalam menanggapi fenomena ini. Orang tua lebih suka menikmati kopi di warkop (warung kopi) sederhana yang biasa mereka kunjungi. Orang tua memiliki waktu lebih sibuk untuk bekerja. Selain itu juga, agar selalu bisa berinteraksi dengan para tetangga hingga orang baru, yang mana itu akan menjaga relasi mereka.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa tradisi minum kopi tidak akan lekang dari waktu. Tradisi minum kopi akan selalu diminati oleh setiap usia, semua itu tergantung dengan arus zaman yang dilewati. Saat ini sedang menjamur kedai kopi kekinian dengan nuansa kafe yang minimalis dan instagramable. Kedai-kedai kopi untuk menarik perhatian target juga memakai nama yang unik, mudah diingat, bahkan puitis. Biasanya nama dan kata-kata puitis dipakai untuk menggait target remaja. Remaja lebih suka dengan kata-kata romantis dan bermakna. Harga yang ditawarkan juga beragam tergantung taget pasar mereka. Agar produk. Harga yang ditawarkan juga beragam tergantung taget pasar mereka. Agar produknya semakin dikenal, para pengusaha biasanya mengiklankan di baliho, spanduk, media sosial hingga para publik figur ataupun influencer (orang yang berpengaruh). Respon untuk fenomena kedai kopi kekinian ini juga berbeda-beda, kaum muda lebih antusias dari orang tua. Banyak kaum muda yang mengutamakan konsumerisme dan prestise dalam diri mereka. Sedangkan, orang tua lebih biasa saja menanggapi fenomena ini.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Alfirahmi. (2019). Fenomena Kopi Kekinian di Era 4.0 Ditinjau dari Marketing 4.0 dan Teori Uses and Effect. Jurnal Lugas, 24-30.

Aryani, D. I. (2019). Tinjauan Sensory Branding dan Psikologi Desain Kedai Kopi Kekinian terhadap Perilaku Konsumen (Studi Kasus: Mojo Coffee). Jurnal Ilmiah Desain Interior, 330-336.

Ayuningtyas, D. (2018). Pengaruh IMC Kobrew Coffee dalam Menarik Minat Beli Konsumen. Electronic Theses and Dissertations UMS, 4.

Hendrawan, F. (2019). Karakteristik Desain Facade Kios-Kios Kopi (Coffee Stalls) Kekinian di Kota Denpasar. Jurnal Patra.

Herlyana, E. (2012). Fenomena Coffee Shop sebagai Gejala Gaya Hidup Baru Kaum Muda. Thaqafiyyat, 190.

Hidayatullah, N. A. (2018). Realitas Kafe Kekinian bagi Kalangan Mahasiswa pada Komunitas Instameet Surabaya. Jurnal Unair, 10-16.

Kholik, N. S. (2018, April 06). Kajian Gaya Hidup Kaum Muda Penggemar Coffee Shop. p. 9.

Rahardjo, P. (2017). Berkebun Kopi. Jakarta Timur: Penebar Swadaya.

 

 

ARTIKEL OPINI (Entitas Twitter Please Do Your Magic dalam Bermedia Sosial sebagai Pengunggah Kemanusiaan )

 

Entitas Twitter Please Do Your Magic dalam Bermedia Sosial sebagai Pengunggah Kemanusiaan 

Oleh: URS

Manusia, makhluk yang tercipta dan tumbuh dengan perasaan, hawa nafsu, serta karakteristik. Itulah yang akan membangun kemanusiaan pada setiap individu. Ya kemanusiaan, nampaknya tak perlu dijelaskan lagi apa itu kemanusiaan. Ambil garis besarnya saja, kemanusiaan itu perasaan atau sifat yang timbul dalam diri manusia baik berupa empati maupun simpati. Biasanya kemanusiaan seringkali digambarkan seperti seseorang yang peduli kepada orang lain. Kemanusiaan selalu digambarkan dengan hal positif, dengan kemanusiaan pula akan membantu individu dengan lainnya berinteraksi dan menolong yang kesulitan.

Dewasa ini tak bisa dimungkiri hidup kita tanpa keterlibatan media sosial, pasti ada saja keterlibatan media sosial didalamnya,  kita dapat mengetahui segalanya dengan mudah melalui media sosial hingga penjuru dunia. Bahkan kita dengan mudah tahu aktivitas yang dilakukan orang lain. Mulai tahun 2018 hingga saat ini muncul suatu fenomena unik di media sosial tentang twitter please do your magic, biasa digunakan saat seseorang meminta bantuan seperti  untuk meminta dana, mencari penipu yang kabur,  meminta pertolongan, mencari orang hilang, mencari barang hilang, sampai mencari kucing yang hilang. Awalnya hanya satu atau dua akun yang melakukan hal tersebut, seiring berjalannya waktu menjamurlah akun-akun yang meminta tolong lainnya sebab keberhasilan akun-akun sebelumnya. Tercatat pada akun dengan nama Putri dan uname @teephuti, dia membuat tweet pada tanggal 4 Oktober 2019 karena tak tega melihat tukang cimol jatuh terperosok ke dalam kolam bersama motor dan dagangannya. Putri membuat tweet untuk mendapatkan donasi yang akan disalurkan kepada tukang cimol tersebut. Tweetnya pun viral di twitter dengan retweet sebanyak 15.800

Fenomena twitter please do your magic banyak  mendatangkan dampak positif maupun dampak negatif. Orang baik akan memanfaatkan fenomena tersebut untuk membantu sesama, berbeda dengan orang yang hanya ingin mendapatkan keuntungan pribadi dan menipu.. Akun yang  menunjukkan keajaiban twitter, @apriliaazizah_ yang  membutuhkan  pekerjaan karena cacat fisik pada matanya yang membuat dia sulit mendapatkan pekerjaan, akhirnya dia membuat tweet. Respon untuk tweetnya sangat baik dan luar biasa, tweetnya di retweet sebanyak 43.200 kali, dan yang lebih mengejutkan di kolom komentarnya ia banyak mendapatkan saran dan tawaran kerja. Bahkan, tawaran kerja itu langsung dari akun-akun yang tercentang atau terverifikasi seperti @alandakariza dan @ikanatassa. Sayangnya,  kesempatan twitter please do your magic ini tidak selalu dilakukan untuk hal positif, ada saja oknum-oknum jahat yang memanfaatkan fenomena twitter please do your magic. Penipuan ini pernah dilakukan oleh Akun @ndoeeet_ menggalang dana dengan alasan untuk membantu tukang jahit di jalan yang kehilangan mesin dan alat-alat jahitnya, ternyata setelah diselidiki @ndoeeet_ berbohong. Padahal kejadian tersebut sudah lama dan sudah ditangani, setelah ketahuan akun @ndoeeet_ tiba-tiba menghilang, tentunya jejak kejahatan ia masih tersisa di media sosial.

Kita hidup dengan berbagai macam generasi disekelilingnya. Seperti halnya generasi milenial (1981-1994), generasi z (1995-2010). Setiap generasi tersebut memiliki pandangan tersendiri tentang kemanusiaan. Generasi milenial yang terlebih dahulu lahir daripada generasi x tentunya memiliki lebih banyak pengalaman. Banyak yang beranggapan generasi x lebih egois dan memikirkan diri sendiri. Sedangkan, generasi milenial yang telah melewati berbagai macam aktivitas dan rintangan hidup lebih manusiawi daripada generasi x.

Stephen Hawking, seorang ahli fisika terkemuka pernah mengungkapkan bahwa manusia dan kemanusiaan akan punah 100 tahun lagi karena serangan asteroid, epidemic, dan kelebihan populasi. Dia menyeru manusia agar segera pindah dari bumi dan mencari planet baru, ,menurut Aditya Argo Nugroho dalam Idntimes  (2019). Permasalahan bumi akan hancur juga disebabkan karena semakin tuanya bumi. Semakin banyaknya gedung dan bangunan serta kurangnya hutan tak luput dari keegoisan manusia itu sendiri. Semua itu dilakukan demi harta yang diinginkan. Pantas hal tersebut akan memusnahkan  manusia dan  kemanusiaannya.

Gaya hidup juga tak luput dari objek kemanusiaan. Semakin modernnya zaman orang-orang akan semakin menggapai prestisenya agar diterima dalam masyarakat dan komunitas tertentu. Hampir semua manusia memiliki caranya yang berbeda-beda. Mirisnya, terkadang hingga menimbulkan hedonisme, konsumerisme, hingga westernisasi. Bahaya sekali memang jika seseorang hanya ingin kesenangan dan kenikmatan harta benda. Ada kemungkinan membuat orang tersebut terlena dan melupakan sekitarnya.

Kaum remaja saat ini sering dijadikan bahan perbincangan perihal kemanusiaan. Mengapa kaum  remaja sering apatis terhadap sekitarnya? Mari kita telaah, zaman sekarang sudah modern yang memunculkan berbagai macam benda yang memudahkan kita hidup. Gawai salah satunya, terlalu asik memainkan gawai yang sering terjadi di sekitar kita. Penyalahgunaan gawai juga mengakibatkan remaja menjadi keras kepala, narsis, sombong, dan lainnya. Oleh sebab itu, pentingnya pengawasan dari orang tua tak bisa dihiraukan.

Spiritual selalu penting dalam kehidupan manusia hingga akhir hayat. Segala hal yang dilakukan manusia tidak terlepas dari yang namanya perasaan batin dan juga rohani kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan kita berpegang teguh kepada agama kit,a hidup kita akan terarahkan dan terhindar dari perbuatan tercela. Selain itu juga akan selalu menumbuhkan sikap rendah hati kita, bahwasannya kita ini bukan siapa-siapa, masih ada Sang Maha Pemilik Alam Semesta. Meskipun begitu seorang yang tidak percaya Tuhan atau yang biasa kita sebut dengan ateis juga bisa melakukan hal-hal baik dan positif. Jadi, kemanusiaan itu tidak memandang bulu, semua tergantung kepada persepsi masing-masing.

Seperti yang kita ketahui kemanusiaan menjadi masalah yang krusial, dengan perasaan iba dan tindakan positif yang kita lakukan bukan tidak mungkin menjadi pertolongan untuk orang lain. Solusi yang dapat kita lakukan ialah dengan hidup sederhana jangan melupakan yang di bawah kita, menghormati orang-orang sekitar, tetap menanamkan rasa syukur, rendah hati, mulai peduli terhadap hal-hal kecil di sekitar, tidak meremehkan dan tetap sebarkan hal positif. Kita bisa melakukan apa saja yang kita sukai, alangkah baiknya tetap bijak dengan apa yang kita katakan dan apa yang kita ketik di media sosial. Jangan menurunkan rasa kepercayaan seseorang terhadap orang lain.

 

Minggu, 24 Januari 2021

KARYA TULIS/ ARTIKEL (Kausalitas Pengangguran selama Pandemi Covid-19 serta Jalan Keluar Indonesia untuk Mengatasinya)

KAUSALITAS PENGANGGURAN SELAMA PANDEMI COVID-19 SERTA JALAN KELUAR INDONESIA UNTUK MENGATASINYA

 

renjana.angin@gmail.com

Abstrak

Seluruh dunia termasuk Indonesia dihadapkan dengan penyakit pandemi Covid-19. Covid-19 penyakit yang berasal dari Virus Corona dengan penyebaran yang sangat cepat. Akibatnya banyak sektor yang kacau hingga lumpuh karena pandemi ini. Mulai dari sektor kesehatan, sosial, budaya, politik, hingga ekonomi. Sektor ekonomi sangat berasa akibatnya banyak negara yang mengalami resesi ekonomi seperti Korea, Singapura, Italia, hingga Amerika Serikat. Salah satu akibat resesi ekonomi ialah peningkatan angka pengangguran. Banyak pengusaha yang mau tidak mau harus menutup usahanya, banyak perusahaan yang pailit, serta pengurangan karyawan secara besar-besaran. Tentu hal ini menjadi masalah besar di setiap negara tak terkecuali Indonesia. Indonesia sebelum pandemi lowongan kerja tidak sebanding dengan banyaknya sumber daya manusianya. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi pustaka, dengan mengambil referensi berdasarkan buku elektronik, karya tulis ilmiah, dan website di internet. Dengan maksud agar lebih memahami seberapa pengaruhnya pengangguran di Indonesia dan juga mengatasi pengangguran tersebut. Diharapkan kita semua dapat melakukan tindakan preventif maupun mengahadapinya saat terjadi.

 

Kata kunci: pengangguran, covid-19, dampak, bantuan

 

Pendahuluan

Awal tahun 2020 dunia tak terkecuali Indonesia digemparkan oleh suatu penyakit dengan virus pembawanya bernama Covid-19 (Corona Virus Disease). Virus ini berkembang sangat cepat dengan penularannya melalu droplet (percikan air dari tubuh) seorang penderitanya. Akibatnya dalam sekejap hanya hitungan sebulan virus ini menyebar ke seluruh dunia, juga Indonesia. Selain itu yang membuat khawatir dari virus ini juga dapat merusak organ tubuh terutama paru-paru penderitanya, orang tua dan orang yang punya penyakit bawaan rentan dengan virus ini, sebab virus ini sebenarnya mematikan.

Saat ini Covid-19 tidak dapat diabaikan lagi, semakin hari semakin tinggi statistik pasien terkonfirmasi Covid. Seperti pertanggal Desember 2020 di Indonesia telah mencapai 636 ribu pasien dengan 19.248 pasien yang meninggal dunia dengan positif Covid-19. Akibat virus ini juga berdampak pada dunia pendidikan, sosial, budaya, politik, ekonomi, bahkan ibadah. Berbagai negara menerapkan lockdown dalam menimimalisir penyebaran Covid-19 seperti China, Italia, Spanyol, dll. Di Indonesia sendiri tidak menerapkan lockdown namun, Indonesia menerapkan sistem PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Sebab pemerintah masih khawatir lockdown akan berdampak sangat buruk bagi Indonesia, terutama bidang perekonomian dan perindustrian.

PSBB memberikan dampak bagi masyarakat seperti yang bersekolah untuk tetap di rumah, yang bekerja juga harus memindahkan pekerjaannya ke rumah (work from home). Itu dilakukan agar tetap jaga jarak fisik (physical distancing). Hal ini mudah saja jika ia seorang PNS dan pekerja kantoran, mereka juga akan tetap mendapatkan bayaran dari perkerjaannya. Sayangnya, tidak semua perusahaan mampu bertahan, banyak  juga perusahaan yang mengalami kebangkrutan (bankruptcy) dan pemecatan pegawai demi mempertahankan perusahaannya. Dikutip dalam Buletin Hukum & Keadilan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, tak hanya industri yang terganggu, pandemi COVID-19 juga akan menambah pengangguran. Ia memprediksi, dalam skenario berat potensi pengangguran akan bertambah 2,92 juta orang dan bisa bertambah sangat besar bisa mencapai 5,23 juta.

Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang, yang mana hal tersebut meningkat 2,36 juta orang dibandingkan Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,24 persen poin. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2020 sebesar 7,07 persen, meningkat 1,84 persen poin dari Agustus 2019.

Salah satu hal krusial dari dampak Covid-19 ini terhadap perekonomian Indonesia ialah pengangguran. Satu persatu company mengurangi jumlah karyawan yang disebabkan laba perusahaan yang menurun. Tak jarang pula dari mereka ada yang pailit. Lambat laun terjadilah pemutusan hubungan kerja besar-besaran di Indonesia. Hal tersebut tentunya banyak menimbulkan dampak kepada rakyat Indonesia.

Landasan Teori

A.    Pengangguran

Menurut Mankiw (2006), pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti mengalami penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan politisi sering mengklaim, bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu lapangan kerja (Probosiwi, 2016, pp. 90–91).

Menurut Sukirno (2008), pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Murni (2006), mengungkapkan, pengangguran adalah orang-orang yang usianya berada dalam usia angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (Probosiwi, 2016, pp. 90–91).

Menurut Kaufman dan Hotchkiss (1999), pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidka memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Probosiwi, 2016, pp. 90–91).

B.     Jenis-jenis Pengangguran

Menurut Sukirno (2000), jenis pengangguran sebagai berikut. Pertama, pengangguran terselubung (Disguised Un-employment), yaitu penganggguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja tersebut sampai jumlah tertentu, tetap tidak mengurangi jumlah produksi.  Pengangguran terselubung  bisa juga terjadi karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal (Probosiwi, 2016).

Kedua, pengangguran terbuka (Open Unemployment), yaitu tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini terjadi karena belum mendapat pekerjaan padaahal telah berusaha secara maksimaldan ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.

Ketiga, pengangguran setengah menganggur (Under Unemployment), yaitu tenaga kerja yang tidka bekerja secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Ada juga yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu atau kurang dari tujuh jam sehari (Probosiwi, 2016, p. 91).

Indonesia memiliki SDM yang sangat banyak, sayangnya tidak semua SDM di Indonesia adalah makhluk yang kompeten. Bisa jadi karena faktor pendidikan yang kurang, sedikitnya angkatan kerja yang berkompeten. Rasa malas juga menjadi faktor banyaknya pengangguran di Indonesia (Franita, 2016, p. 89).

C.    Kemiskinan

Menurut Purwanto (2007), kemiskinan merupakan masalah dalam makro ekonomi yang selalu menjadi perhatian dunia, terutama bagi negara berkembang. Sebab jika pemerintah di sebuah negara tidak mampu menangani masalah ini dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi keberlangsungan dalam kepemerintahan di negara tersebut. Kemiskinan akan menimbulkan persoalan sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat sehingga akan terjadi kekacauan  dan ketidakstabilan pemeritah (Fitra Rizal, 2020, p. 39).

Ahmadi (1991), penduduk miskin adalah masyarakat yang memilki rata-rata pengeluaran perkapita di bawah garis kemiskinan. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang paling pokok, seperti sandang, pangan, papan (Fitra Rizal, 2020, p. 40).

metode penelitian

            Studi ini menggunakan metode penelitian studi pustaka. Mengamati dari hasil-hasil penelitian yang ada dan dijabarkan menurut sumber dan referensi. Sumber-sumber yang diambil berasal dari jurnal penelitian, website BPS, serta buku elektronik. Yang mana sumber datanya dapat berubah sewaktu-waktu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

            Tidak dapat dimungkiri bahwasannya wabah pandemi Covid-19 merenggut banyak hal. Pandemi ini telah banyak mengambil nyawa, kehidupan, kebahagiaan, hingga pekerjaan hampir setiap orang. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus bertahan hidup dalam kekacauan ini. Dengan kehidupan normal baru ini kita semua harus terbiasa dengan physical distancing (jaga jarak fisik), tidak berkerumunan, rajin mencuci tangan, serta selalu menjaga kebersihan. Akibat Covid-19 juga berdampak pada perekonomian. Banyak yang terkena PHK, usaha bangkrut, serta pekerjaan yang di rumahkan. Dengan produksi yang kurang maksimal serta laba yang didapatkan pun kurang maksimal, para pengusaha harus merumahkan pekerjanya baik sementara maupun permanen. Ditambah lagi kasus Covid-19 saat ini yang terus melonjak dengan grafik kasus yang belum turun. Fakta di lapangan pun banyak para pekerja yang tiba-tiba positif Covid-19 saat mereka harus bekerja di kantor (work from office).

            Berdasarkan data Badan Pusat Statistik terdapat 29,12 juta orang (14,28 persen) penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19, terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengangguran jam kerja karena Covid-19 (24,03 juta orang).

            Tingkat inflasi yang tinggi adalah indikator awal dari kemunduran ekonomi suatu negara. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral menaikkan suku bunga, yang meneybabkan penurunan atau pertumbuhan negatif sektor rill dan dalam jangka panjang meningkatkan pengangguran. Sedangkan dalam jangka pendek, peningkatan inflasi menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan memiliki dampak positif, tetapi dalam jangka panjang, peningkatan inflasi yang tinggi mungkin berdampak negatif. Inflasi yang tinggi berdampak pada harga barang domestic yang relatif mahal dibanding harga barang impor. Akibatnya  masyarakat gemar membeli barang impor, produksi barang dalam negeri akan berkurang. Sejumlah pengusaha mengurangi produksinya, dengan begitu sejumlah pekerja juga akan kehilangan pekerjaan dan pengangguran meningkat (Pratahama Raharja dan Mandala Manulung, 2016, P. 225).

            Banyak faktor yang menjadi penyebab pengangguran di Indonesia. Seperti, kurangnya lapangan pekerjaan, sedangkan angka angkatan yang terus bertambah, namun tidak dibarengi dengan lowongan pekerjaan yang sebanding. Selanjutnya yang menyebabkan pengangguran saat ini ialah pembatasan berskala besar, membuat ruang lingkup aktivitas setiap orang terbatas. Kemudian, kurangnya keterampilan ataupun keahlian yang dimilki seseorang, ini juga dapat menghambat untuk mendapatkan kerja. Selain itu, pendidikan yang rendah, seringkali lowongan kerja memiliki spesifikasi pekerjaan dengan tingkat pendidikan dan jurusan tertentu. Pengalaman yang kurang juga dapat menghambat seorang pencari kerja untuk mendapatkan kerjaan, biasanya ada persyaratan misalnya dengan pengalaman minimal dua tahun. Kemudian, usia, hal ini juga sering menjadi spesifikasi pekerjaan. Sifat dan perilaku malas dari orang yang mecari kerja.

            Penyebab lain dari pengangguran yang meningkat ialah adanya rasa takut yang tinggi dan aturan pemerintah untuk di rumah saja selama pandemi yang  membuat masyarakat  terbatasi dalam bekerja ataupun melakukan usaha sehingga mereka lebih memilih menganggur dan bahkan terpaksa harus menganggur karena aturan tersebut (Fahri et al., 2020, p. 57).

            Meningkatnya jumlah pengangguran ini tentu bukanlah hal yang kita semua inginkan. Pengangguran-pengangguran tersebut juga memberikan dampak kepada hampir setiap kalangan, terutama kalangan menengah kebawah dan kalangan menengah. Akibat dari penganggurannya ini juga menandakan akan terjadinya peningkatan pada kemiskinan, taraf hidup yang rendah, kualitas kesehatan akan menurun, hingga gangguan psikologis.

            Pertama, dampak pengangguran akan meningkatkan angka kemiskinan. Menurut Todaro (2000), pandangan ekonomi baru menganggap tujuan paling penting pembangunan ekonomi bukan hanya pertumbuhan PDB semata, melainkan juga pengentasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. Menurut Arsyad (1997), ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Sebagian besar masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya part-time selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin (Probosiwi, 2016, p. 95).

            Dampak pengangguran terhadap masalah finansial dapat menimbulkan perubahan terhadap perilaku. Karena manusiawi jika setiap orang hidup membutuhkan uang dan makanan. Mereka rela melakukan apa saja agar kebutuhan perut selalu terpenuhi juga menyambung hidup untuk keluarganya.  Maka banyak diantara mereka yang rela menjadi pengamen, pekerja seni jalanan, hingga pengemis. Tidak sedikit juga yang akhirnya menjadi tunawisma. Seperti halnya tempat tinggal saya di Kabupaten Bogor, setiap hari rumah selalu dikunjungi pengemis dan pengamen. Awalnya sebelum Covid-19 mereka dating hanya di hari Sabtu dan Minggu. Ini salah satu perubahan saat terjadi Covid-19 dalam lingkungan tempat tinggal.

Kemudian, dampak dari pengangguran juga berakibat meningkatnya jumlah angka kriminalitas di Indonesia. Mulai dari maraknya kemalingan di area tempat tinggal, pencopetan, rampok dan begal yang terang-terangan merampas harta benda korbannya. Di sisi lain juga pemerintah telah mengeluarkan banyak narapidana dari lapas mereka. Yang mana hal tersebut akan meningkatkan jumlah angkatan kerja, banyak diantara mereka kembali menjadi penjahat karena bingung apa yang harus mereka lakukan untuk menyambung hidup. Tindakan pemerintah ini tidak lah selalu benar, memang lebih banyak mendapat pertentangan dari masyarakat. Faktanya juga saat ini terjadi banyak kemalingan di rumah warga dengan berbagai modus. Mulai dari modus suara bayi, membuka keran air depan rumah, hingga mematikan listrik. Modus tersebut dilakukan untuk memancing korbannya keluar dari rumah. Oleh sebab itu, perlu adanya kewaspadaan di manapun kita berada.

Akibat dari pengangguran selama pandemi ini juga meningkatkan angka perceraian yang tinggi. Banyak rumah tangga yang keharmonisannnya diujung tanduk, hingga kandas dan disebabkan oleh masalah finanasial. Ada yang karena penghasilannya menurun ada juga yang lagi-lagi karena menganggur. Bahkan tidak jarang banyak yang melakukan KDRT akibat perselihinan masalah finansial ini. Dampak dari pengangguran terhadap finansial selama pandemi Covid-19 juga berakibat pada kesehatan mental dan psikologis seseorang. Ada yang selalu dituntut untuk mendapat kerjaan, bahkan hal terparahnya jika sudah putus asa mereka mengakhiri hidupnya. Karena merasa tidak berguna dan depresi yang dialami.

Sebenarnya dampak pengangguran tidak hanya menimbulkan hal-hal negatif saja. Akan tetapi, jika seseorang dapat melihat sebuah peluang, bisa jadi akan timbul nilai kreativitas pada individu tersebut. Tergantung masing-masing orang dalam mengahadapinya. Banyak cara untuk mengahadapi masalah pengangguran. Misalnya, membuka usaha sendiri di rumah, buat seminimal mungkin modal yang dikeluarkan namun dengan perhitungan laba yang dapat mencukupi. Saling gotong royong dalam lingkungan tempat tinggal. Jika memiliki rezeki lebih, sangat disarankan untuk berbagi kepada yang membutuhkan.

Pemerintah juga telah melakukan berbagai cara dalam mengahadapi situasi dan kondisi ini. Salah satunya dengan Kartu Prakerja. Tahun ini, pemerintah menaikkan anggaran untuk program Kartu Prakerja dari Rp 10 triliun menjadi  Rp 20 triliun. Program ini dirancang untuk bisa menjangkau 5,6 juta pengangguran. Program ini tidak spesifik menyasar korban PHK, melainkan semua pengangguran termasuk mereka yang baru menyelesaikan pendidikan formal. Dana yang akan diterima sebesar Rp 3.550.000 per orang yang akan ditransfer ke rekening bank atau rekening dompet elektronik seperti OVO, Link Aja, atau pun Gopay milik peserta Kartu Prakerja (Livana PH1*, Resa Hadi Suwoso1, Terri Febrianto1, Dani Kushindarto2, 2020, p. 45).

Selain Kartu Prakerja pemerintah juga menwarkan berbagai bantuan lain sebagai berikut:

  1. Bantuan dari Kementerian Sosial dengan bantuan dasar sebesar Rp 600.000 per kepala keluarga selama tiga bulan ke depan.
  2. Bantuan sosial dari pemerintah provinsi sebesar Rp 500.000 dengan 1/3 uang dan 2/3 sembako.
  3. Bantuan dari dana desa
  4. Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)
  5. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
  6. Bantuan sosial dari presiden yang belum terdata sebagai penerima bantuan PKH , BPNT, dan Kartu Prakerja.
  7. Bantuan pemerintah kota atau kabupaten bagi warga yang tidak terdaftar pada bantuan provinsi.
  8. Bantuan bagi warga negara yang tidak mempunyai tempat tinggal (Livana PH1*, Resa Hadi Suwoso1, Terri Febrianto1, Dani Kushindarto2, 2020, pp. 45–46).

Perlu diperhatikan, sayangnya masih banyak penyalahgunaan pada bantuan-bantun tersebut. Padahal bantuan tersebut diberikan kepada warga negara agar perekonomian tetap berjalan. Seperti halnya bantuan Kartu Prakerja yang yang disalahgunakan dari oknum-oknum yang serakah. Bahkan ada dari mereka yang menggunakan identitas palsu agar mendapat bantuan dana sebanyak-banyaknya. Ada lagi penyalahgunaan bantuan kementrian sosial, mirisnya itu dilakukan oleh menteri sosialnya langsung yang mengkorupsi dana setiap bantuan sebesar Rp 10.000 dengan total dana yang dikorupsi Rp 17 miliar. Maka dari itu perlu adanya pengawasan serta pemeriksaan ketat agar setiap bantuan tidak disalahgunakan dan tidak salah sasaran.

Agar perekonomian bangkit dan terciptanya lapangan pekerjaan, pemerintah juga dapat melakukan hal-hal berikut. Pertama, membuat pelatihan kerja dan melatih agar berwirausaha, juga mengajak masyarakat untuk membangkitkan UMKM. Kedua, membuka kembali objek wisata dengan pengunjung dibatasi. Ketiga, pemerintah harus mampu merangsang para investor untuk melakukan investasi di Indonesia dan lain sebagainya (Franita, 2016, p. 92).

KESIMPULAN

            Fenomena pandemi Covid-19 ini telah merenggut berbagai aktivitas hingga kebahagiaan sebagian orang. Ada yang kehilangan keluarga dan kerabatnya. Ada juga yang kehilangan pekerjaan. Dari sektor ekonomi juga banyak mengalami perubahan drastis sebab pandemi Covid-19 ini. Jutaan orang kehilangan pekerjaannya dan penurunan pendapatan.

            Akibat dari pengangguran ini pun berbagai macam, mulai dari kemiskinan, penurunan kualitas kesehatan, kelaparan, perceraian, kesehatan jiwa yang terganggu, hingga depresi dan bunuh diri. Pengangguran ini menghasilkan masalah finansial bagi yang merasakannya.

            Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi pengangguran besar-besaran sebab Covid-19. Pertama, membuat dan membuka usaha sendiri dengan kreatifitas dan keterampilan yang dipunya. Kedua, peduli, melakukan donasi, dan berbagi terhadap yang membutuhkan. Ketiga, pemerintah memberikan berbagai bantuan yang dapat dimanfaatkan seperti bantuan dari kemensos, bantuan presiden, bantuan provinsi, Kartu Prakerja, dan bantuan lainnya. Keempat, agar ekonomi pulih dan lapangan kerja meningkat pemerintah harus mampu merangsang para investor agar mau berinvestasi di Indonesia,  membuka kembali objek wisata dengan dibatasi pengunjung yang datang, membuka latihan kerja dan mengedukasi tentang berwirausaha, membangkitkan UMKM dan mengajak masyarakat untuk memajukan UMKM.

SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Dengan demikian penulis akan memperbaiki makalah dengan pedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembacanya. Tetap sehat dan optimis selalu, serta harus saling bahu membahu menghadapi ini semua.

DAFTAR PUSTAKA

Fahri, Jalil, A., & Kasnelly, S. (2020). Meningkatnya angka pengangguran ditengah pandemi (COVID-19). Al Mizan:Jurnal Ekonomi Syariah, 2(2), 45–60.

Fitra Rizal, H. M. (2020). Filantropi Islam Solusi Atas Masalah Kemiskinan Akibat Pandemi Covid-19. Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial Islam, 3(1), 35–66. https://doi.org/https://doi.org/10.37680/almanhaj.v3i1.631

Franita, R. (2016). Analisa Pengangguran Di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1, 88–93. http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/viewFile/97/97

Livana PH1*, Resa Hadi Suwoso1, Terri Febrianto1, Dani Kushindarto2, F. A. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Perekonomian Masyarakat Desa. Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences Volume, 1(1), 37–48. .

pratahama raharja dan Mandala manulung. (2016). Teori ekonomi Makro. In Teori Ekonomi Makro (Issue 1).

Probosiwi, R. (2016). Pengangguran dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Kemiskinan. Jurnal PKS, 15(2), 89–100.